INDORE, India (UCAN) -- Misionaris-misionaris Serikat Sabda Allah (SVD, Societas verbi Divini) melihat sebuah kebutuhan untuk memperkuat kehidupan spiritual mereka setelah menjalani program setahun untuk memperingati kematian pemimpin-pemimpin awal serikat mereka.
Program setahun peringatan seratus tahun kematian Santo Joseph Freinademetz, misionaris perintis SVD ke Cina, dan Santo Arnold Janssen, pendiri SVD, itu mulai 28 Januari tahun lalu.
Program itu ditutup pada 15 Januari tahun ini dengan pertemuan-pertemuan dan doa-doa khusus untuk memperingati 100 tahun itu di pusat-pusat SVD di empat provinsi serikat itu di India.
Pastor Arockia Sebastian Durairaj, provinsial SVD India Tengah, mengatakan bahwa para anggota SVD di provinsinya menjalankan program itu dengan memusatkan perhatian pada spiritualitas dan kehidupan doa.
"Dalam doa, rekoleksi, dan introspeksi khusus sepanjang tahun itu, kami menemukan bahwa kehidupan doa sangat lemah," demikian pengakuan imam yang tinggal di Indore, ibukota komersil Negara Bagian Madhya Pradesh, 810 kilometer selatan New Delhi itu.
Menghidupkan kembali spiritualitas pendiri mereka itu memberi tenaga bagi program-program yang diselenggarakan oleh setiap provinsi secara tersendiri, katanya.
Santo Arnold selalu menekankan "doa yang mendalam," kata Pastor Durairaj. "Kami harus mengikuti jejaknya."
Media baru dan perkembangan teknologi yang telah membantu evangelisasi itu kadang-kadang bisa juga menimbulkan kekacauan, sehingga "kita perlu waspada,” lanjut imam berusia 51 tahun itu.
"Penghormatan terbaik” bagi pendiri mereka, menurutnya, mungkin adalah memperkuat kehidupan spiritual dan kegiatan-kegiatan misi mereka di wilayah yang didominasi agama Hindu itu.
Uskup Indore Mgr Chacko Thottumarickal setuju bahwa teknologi baru turut menyebarkan Sabda Allah. "Namun, terlalu melekat pada teknologi baru bisa membuat kehidupan doa menjadi lemah,” katanya.
Prelatus SVD itu juga mengamati bahwa sementara berusaha menjadi “mandiri dan berhasil,” banyak anggota serikatnya mengesampingkan kehidupan doa yang memperlemah kehidupan spiritual mereka. Maka “ada suatu kebutuhan untuk menghidupkan kembali kehidupan doa,” katanya.
Bruder Herbert Raich, 70, salah satu misionaris asing SVD yang masih berada di India, mengatakan, dia menyesal bahwa orientasi Konsili Vatikan Kedua terhadap misi telah membuat orang mengabaikan doa. "Jika kita menjaga spiritualitas pendiri kita, serikat akan berkembang. Jika tidak, serikat akan menjadi lemah," katanya mengingatkan.
Bruder Emmanuel Bilung, 44, mengatakan bahwa tuntutan untuk meraih keberhasilan dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berkarya merupakan alasan melemahkannya kehidupan doa. Bruder yang mengepalai satu-satunya pers cetak milik SVD di India itu ingin agar para anggota SVD menyempatkan lebih banyak waktu untuk doa pribadi, yang digambarkannya sebagai “kekuatan setiap misionaris.”
Serikat itu mulai karyanya di Indore tahun 1932, dengan 13 anggota. Kini terdapat sekitar 800 anggota di 200 biara di 45 keuskupan dan empat provinsi. Sekitar 170 imam SVD India kini bertugas di luar negeri.
Santo Arnold, yang dilahirkan di Jerman tahun 1837, mendirikan serikat itu tahun 1875. Dia wafat pada 15 Januari 1909. Dia dibeatifikasi bersama Joseph Freinademetz tahun 1975. Keduanya dikanonisasi pada 5 Oktober 2003.
Santo Joseph Freinademetz, yang dilahirkan tahun 1852 di Italia utara dan ditahbiskan imam tahun 1875, bergabung dengan SVD tahun 1878 dan berangkat ke Cina sebagai misionaris pada tahun berikutnya. Dia wafat pada 28 Januari 1908 di sebuah desa di Propinsi Shandong, Cina bagian timur.
END
2009-1-23 | IC06535.626b | 488 kata
17 Maret 2009
Para Misionaris SVD Melihat Perlunya Menghidupkan kembali Spiritualitas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar