1 Juni 2009

Para Misionaris Bantu Penduduk Pribumi Berantas Penyakit

QUEZON CITY, Filipina (UCAN) -- Para pekerja kesehatan pribumi yang dilatih para misionaris sedang membantu penduduk di sebuah daerah pemukiman baru di barat laut Manila untuk mencegah penyakit-penyakit mematikan yang disebabkan oleh nyamuk.

Enam pekerja dari komunitas Aeta, yang dilatih oleh Yayasan Misi St. Maria Ratu Pencinta Damai, sedang melaksanakan pemeriksaan dan penyuluhan untuk mencegah 500 penduduk Aningway-Sacatihan dari penyakit malaria dan demam berdarah.

Aningway-Sacatihan di kota Subic, barat laut Manila, merupakan daerah pemukiman bagi warga keturunan penduduk asli Propinsi Zambalaes, tempat kota itu berada.

Suster Eva Fidela Maamo dari Tarekat St. Paul de Chartes yang sekaligus dokter mulai melaksanakan misi-misi medis St. Maria Ratu Pencinta Damai tahun 1984 untuk mengobati orang-orang yang tidak mempunyai akses ke pusat-pusat kesehatan. Kemudian, sebagai bagian dari program pencegahan, misi itu melatih pria dan wanita lokal untuk melayani sebagai “dokter” di desa-desa terpencil yang tersebar di daerah perbukitan di seluruh negeri itu.

Para pekerja kesehatan yang berasal dari 110 suku asli Filipina telah mengikuti kursus pelatihan dalam keterampilan pemeliharaan kesehatan dasar sejak 2005, kata laporan Yayasan itu.

Pemimpin komunitas, Bonifacio Ronque, mengatakan kepada UCA News bahwa yayasan itu sedang melaksanakan program pencegahan penyakit malaria dan demam berdarah “sehingga masyarakat bisa tahu perbedaan,” mencegah, dan menyembuhkan dua penyakit itu.

Malaria dibawa oleh nyamuk anopheles betina dan mengakibatkan panas dingin, demam tinggi dan sakit kepala. Demam berdarah berasal dari nyamuk Aedes Aegypti dan menyebabkan demam tinggi, sakit kepala, sakit punggung, muntah-muntah, dan bintik-bintik merah di tubuh penderita. Demam berdarah yang parah juga dapat menyebabkan gusi berdarah, kulit berdarah dan pendarahan di dalam tubuh. Dalam berbagai kasus, penyakit malaria dan demam berdarah bisa berakibat fatal.

Ketika para pegawai cuaca dan iklim Filipina mengumumkan mulainya musim penghujan pada bulan Mei, para pegawai Departemen Kesehatan (DOH, Departement of Health) menyiapkan berbagai komunitas untuk mencegah demam berdarah. DOH mencatat 4.704 kasus demam berdarah terjadi mulai Januari sampai Maret 2009, hanya sepertiga dari 12.145 kasus yang tercatat pada periode yang sama tahun 2008.

Di Aningway-Scataihan, Rongue mengatakan tidak ada kasus demam berdarah tercatat di daerahnya sejak awal tahun ini. Pekerja kesehatan dari komunitas Aeta mengambil sampel darah dari penduduk untuk dicek apakah ada malaria.

Penderita yang menunjukkan gejala-gejala penyakit itu dibawa ke pusat kesehatan kota di Subic atau ke rumah sakit distrik di kota San Marcelino untuk memverifikasi bahwa mereka menderita malaria, kata pemimpin komunitas itu.

Pekerja-pekerja kesehatan yang terlatih juga berkunjung dari rumah ke rumah dan mengadakan pertemuan untuk penduduk di pusat pelatihan komunitas itu. Mereka mengajak masyarakat supaya membersihkan lingkungan sekitar mereka guna menghancurkan sarang-sarang nyamuk.

St. Maria Ratu Pencinta Damai mengirimkan dua sampai tiga dokter setiap bulan ke tempat itu untuk melatih para pekerja dalam berbagai keterampilan medis. Sesi-sesi pelatihan bagi para pekerja Aeta dimulai tahun 2005 setelah 22 penduduk terjangkit malaria. Satu penderita meninggal karena wabah itu.

Pekerja-pekerja kesehatan mengikuti berbagai kursus di rumah sakit St. Maria Ratu Pencinta Damai di Paranaque City, selatan Manila, tempat para dokter mengajari mereka tentang pertolongan pertama, prinsip-prinsip pemeliharaan kesehatan masyarakat, tes darah, dan keterampilan dasar lainnya dalam kursus tiga minggu.

sumber: ucanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar