2 Januari 2010

Pesan Seda: Jaga NKRI

Kupang, KOMPAS - Dalam pertemuan terakhir, Juli 2009 di Jakarta, Frans Seda memberikan pesan khusus kepada Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya, yakni jangan mudah terprovokasi isu yang ingin memecah belas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Warga NTT harus ikut menjaga keutuhan NKRI.

Gubernur NTT mengutarakan hal itu, Jumat (1/1) di Kupang, NTT. Frans Seda memesankan pula agar Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Pancasila terus dijaga di kawasan timur Indonesia.

”Beliau berpesan agar NTT dijaga baik-baik pula. Bangun kesejahteraan rakyat melalui peningkatan infrastruktur, sumber daya manusia, ekonomi kerakyatan, kesehatan, dan kerja sama antarkelompok masyarakat,” kata Lebu Raya lagi.

Kepercayaan diri

Uskup Agung Ende Monsinyur (Mgr) Vincentius Sensi Potokota mengakui, kepergian Frans Seda adalah kehilangan besar untuk bangsa Indonesia, terutama warga NTT. Seda memberikan makna dalam, khususnya dalam menumbuhkan rasa percaya diri bagi warga Flores dan NTT.

”Dari NTT ada figur Frans Seda, tokoh bangsa yang mengukir banyak prestasi nasional. Ia dapat menjalankan tugas negara dengan baik dari rezim ke rezim. Frans Seda adalah tokoh fenomenal,” kata Sensi.

Sensi mengakui, Seda adalah ikon. Kehadiran dan perannya di Indonesia yang besar, dia berasal dari kalangan Katolik, mencerminkan pemberian putra terbaik dari gereja untuk bangsa.

”Dia juga menyumbangkan nilai-nilai Kristiani lewat tugas kenegaraan yang dijalankan. Frans Seda memberikan inspirasi bagi pimpinan umat. Dia sering memberikan dukungan dari ketokohan dan keteladanannya sebagai pemimpin,” katanya lagi.

Secara terpisah, Uskup Maumere Mgr Gerulfus Cherubim Pareira menyatakan, rasa pengabdian Frans Seda pada bangsa dan negara sangat tinggi.

”Yang saya tidak lupa, pernah ada sorotan tajam diarahkan padanya, ketika menjabat sebagai menteri apa saja yang diperbuatnya untuk NTT? Saya salut pada jawaban Frans Seda, yakni dirinya menjadi menteri bukan saja untuk mengurus NTT, tetapi untuk kepentingan yang lebih luas, membangun bangsa dan negara ini,” ungkap Cherubim.

Gervatius Portasius Seda, keponakan Frans Seda, menuturkan, secara adat, almarhum adalah tokoh dengan gelar Koro Ria, Panglima Adat. Sebernarnya masyarakat Lekebai, tempat kelahiran Frans Seda, menghendaki almarhum dimakamkan di makam leluhur. Akan tetapi, Frans Seda pernah berpesan, lokasi pemakamannya diserahkan kepada istri dan anak-anaknya.

Untuk mengenang Frans Seda, warga Lekebai menggelar misa arwah di Gereja Maria Imakulata, Lekebai, pada Jumat petang dan Sabtu pagi, yang disesuaikan dengan misa arwah di Jakarta. ”Kalau di Jakarta misa pukul 10.00 di Katedral, di Lekebai digelar pukul 11.00,” kata Gervatius.

Gubernur NTT menggelar misa arwah bersama warga di Kupang, 6 Januari 2010, pula. Selain bagi Frans Seda, misa itu untuk mendoakan almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Keduanya memiliki peran besar bagi Indonesia. (kor/sem)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar