10 Agustus 2010

Uskup Agung Membuka Muspas VI

*Kemiskinan Masih Menjadi Masalah

Oleh Frans Obon

ENDE (FLORES POS) -- Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota membuka Musyawarah Pastoral (Muspas) VI Keuskupan Agung Ende dalam sebuah perayaan ekaristi di Paroki Mautapaga, Selasa (6/7/2010) sore.

Hadir dalam perayaan ekaristi pembukaan Muspas VI ini Vikjen Keuskupan Agung Ende Pater Yosef Seran SVD, Provinsial SVD Ende Pater Konrad Kebung Beoang SVD, Vikep Ende Romo Ambros Nanga Pr dan Vikep Bajawa Romo Hengky Sareng Pr, Direktur Puspas Romo Cyrilus Lena Pr.

Dari pemerintah hadir Bupati Ende Don Bosco M Wangge, Sekda Ngada Moses Meda, Ketua DPRD Ngada Kristoforus Loko, Ketua DPRD Nagekeo Gaspar Batu Bata dan ketua DPRD Ende Marsel Petu.

Persiapan Muspas VI berlangsung selama setahun sejak pencanangannya oleh Uskup Sensi pada tanggal 16 Agustus 2009 di Gereja Katedral Ende. Tema perayaan ekaristi “Demikian Aku mengutus kamu” (Yoh 20:21).

Uskup Agung ini dalam kotbah ekaristi pembukaan mengatakan, Muspas bukanlah hal baru karena “Kita sudah menyelenggarakan Muspas untuk kesekian kalinya”. Namun Uskup Sensi mengatakan, Muspas harus bisa mengakomodasi dan menerima aspirasi dari umat.

Uskup mengajak peserta Muspas untuk menyandarkan diri pada kekuatan Allah untuk membahas dan merancang perencanaan pastoral keuskupan lima tahun ke depan. “Karena Pastoral Gereja adalah karya kasih Allah”. “Kita merefleksikan pastoral kita di masa lalu dan bersama-sama dalam Muspas merefleksikan apa maunya Tuhan”.

Dia minta agar peserta dalam pergumulannya selama Muspas sungguh mendengar Roh Allah sendiri, sebab Roh Allah berembus ke mana dia mau.

Dalam sambutannya Uskup Agung ini tidak menampik berbagai kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam kehidupan komunitas basis seperti adanya partisipasi aktif dari para fungsionaris pastoral dan umat beriman. “Saya bangga dengan kemajuan ini”.
“Sudah banyak komunitas umat basis dan paroki yang makin kuat dan mandiri. Tidak kurang juga umat berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan menggereja. Mereka begitu bersemangat. Malah ada DPP awam jauh lebih keras dari para imam”.

Namun Uskup mengingatkan bahwa masih banyak umat Katolik di Keuskupan Agung Ende dililit kemiskinan. Masalah ini merupakan pekerjaan rumah pastoral yang masih perlu dikerjakan.

“Masih banyak rencana aksi yang belum cukup digerakkan untuk membuat perubahan dan kita belum mampu mengentas kemiskinan yang dialami mayoritas umat,” katanya.

Gereja, katanya, sudah melakukan kampanye hidup hemat dan menabung. Bahkan Keuskupan mendirikan credit union Gerbang Kasih. Gereja Katolik, kata Uskup, mengambil bagian dalam prakarsa pangan lokal untuk menghindari umat dari kelaparan. Bahkan para uskup se-Nusa Tenggara mengikarkan pastoral yang peduli petani.

Uskup merasa cemas dengan makin banyaknya generasi muda yang tidak terserap oleh lapangan kerja sehingga harus meninggalkan tempat kelahirannya mencari kerja di luar Flores.

Selain itu, gereja Keuskupan Agung Ende berhadapan dengan masalah hak asasi manusia, politik, dan lingkungan hidup. “Muspas juga akan diisi oleh permenungan tentang masalah-masalah klasik yang dihadapai oleh umat dan kita dipanggil untuk menjawabi situasi tersebut sehingga Gereja menjadi tanda keselamatan bagi semua orang”.

Umat sebagai Subjek
Uskup menegaskan lagi bahwa umat tidak hanya dan tidak lagi menjadi fokus dari karya pastoral Gereja tetapi menjadi subjek pastoral. Hal ini dimungkinkan oleh Roh Tuhan karena Roh Tuhan bertiup ke mana saja dia mau. Karena itu Gereja perlu mendengar suara dari umat sederhana karena suara mereka merupakan percikan Roh Allah, sehingga Muspas harus menjadi ruang bagi Roh Allah untuk berbisik.

“Konkretnya perlu ada keterbukaan dan lapang hati untuk saling mendengarkan. Kita belajar duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”.

Sedangkan Bupati Ende Don Bosco M Wangge dalam sambutannya mengatakan, pemerintah dan Gereja mengemban tugas yang sama yakni mensejahterakan rakyat, meski berbeda bidang kerja. Dia bilang, Muspas punya makna strategis terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan UU No. 32/2004 mengenai asas desentralisasi, yang berbasiskan akar rumput dengan semangat kemandirian.

Bupati mengajak Gereja Katolik untuk terus membangun kerja sama terutama di bidang pertanian dan secara bersama-sama mendorong gerakan swasembada pangan terutama pangan lokal.

Bupati mengatakan pemerintah menerima berbagai kritikan dan saran berkaitan dengan kebijakan pemerintah kalau hal itu muncul di dalam Muspas.

Bupati berterima kasih atas kontribusi yang diberikan oleh Gereja dalam membangun masyarakat dan dia berharap kerja sama ini terus ditingkatkan ke depan. “Kita tidak dapat menyangkal peran Gereja dalam membangun manusia seutuhnya.

Ketua umum panitia Domi M Mere dalam laporannya mengatakan, persiapan Muspas berlangsung selama setahun. Selama setahun itu pula panitia bekerja.

Para peserta menginap di rumah-rumah umat untuk mempererat kebersamaan dalam keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas basis.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar