18 Maret 2009

Awam Katolik Sediakan Makanan Murah bagi Mahasiswa dan Pekerja

HUE, Vietnam (UCAN) -- Para mahasiswa dan pekerja yang miskin dapat menabung dan makan makanan sehat di sebuah restoran yang dimulai awam Katolik di Vietnam.

Ratusan orang berbaris untuk membeli kupon, masing-masing seharga 2.000 dong (US$0.11), yang kemudian ditukarkan dengan makanan di sebuah restoran dekat Katedral Phu Cam di Hue.

Pham Thi Le Na, 23, seorang Buddha, yang selalu makan siang di sini sejak akhir Februari, menghargai makanan yang murah dan sehat itu. Dulu, perempuan itu harus mengeluarkan 10.000 dong untuk membeli makan siang di restoran-restoran lokal lainnya, yang katanya makanannya tidak disajikan secara higienis.

Na, mahasiswi kedokteran tahun keempat dari propinsi Quang Binh, berharap dapat membeli buku dan materi belajar dengan uang yang ia tabung. Delapan ratus ribu dong yang diberikan orang tuanya setiap bulan tidak cukup untuk membayar uang kos dan makan sehingga ia bekerja sebagai tutor, yang memberinya tambahan sebanyak 250.000 dong setiap bulan.

Joseph Nguyen Van Nghia, 66, pemilik restoran itu, menjelaskan bahwa ia membuka restoran itu pada 24 Februari untuk membantu para mahasiswa miskin dan pekerja yang berpendapatan rendah bersamaan dengan meningkatnya harga makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Lelaki itu mengatakan para mahasiswa biasanya mendapat tidak lebih dari 300.000 dong setiap bulan sebagai tutor sedangkan beberapa orang yang menjual lotre untuk hidup menghasilkan kurang dari 20.00 dong setiap harinya.

Berpuluh-puluh ribu mahasiswa dari negeri itu belajar di universitas-universitas dan kolese yang berjejer di Hue, bekas ibu kota kerajaan Vietnam.

Nghia, mantan siswa seminari menengah dan sekarang ayah dari empat anak, mengatakan 300 orang menjadi pelanggan restorannya itu, yang menyediakan makan siang berupa nasi, sop sayuran dan daging, dengan pisang atau manisan sebagai pencuci mulut. Sekarang ini, restoran itu hanya buka pada Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Awam yang mengelola sebuah tempat penginapan di Ho Chi Minh City itu mengatakan ia berharap bisa menggunakan 13 juta dong setiap bulan dan mengelola restoran itu sebagai pelayanan, bukan untuk mencari uang. Sekitar enam sampai 10 umat Katolik dari paroki katedral menjadi sukarelawan untuk menyajikan makanan dan menjamu mereka yang berkunjung ke restoran itu.

Beberapa mahasiswa mengatakan penyajian makanannya higienis dalam wadah-wadah yang tertutup, sedangkan restoran lainnya menempatkan makanan dalam kantong plastik yang terbuka. Salah satu mahasiswa menambahkan bahwa ia terkena diare setelah memakan makanan di sebuah restoran dekat asramanya.

Tran Hap, 72, tukang becak yang selalu datang ke restoran itu, mengatakan restoran itu membantunya menabung untuk membiayai lima anggota keluarganya. Dulu, lelaki itu makan roti seharga 4.000 dong untuk makan siang, jumlah besar dari 15.000-30.000 dong yang ia peroleh setiap hari.

Di restoran itu, di bawah lukisan Perjamuan Terakhir tertulis pesan: “Kami melayani anda. Bantulah orang-orang miskin jika anda sukses kelak.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar