17 Maret 2009

Kerja Sama Protestan-Katolik Tekankan Pendidikan di Seminari

MANGALORE, India (UCAN) -- Misi Basel memperingati 175 tahunnya di India dengan seruan untuk kerja sama yang lebih besar dengan umat Katolik dalam pendidikan di seminari.

Ini akan menjadi suatu “strategi penting” dalam menghadirkan Kristus kepada masyarakat India, demikian pertemuan konsultasi kelompok Protestan itu dalam sebuah pernyataannya.

Misi Basel didirikan di Kota Basel di Switzerland tahun 1815. Para anggota berasal dari banyak negara dan banyak denominasi Protestan.


Sekitar 150 delegasi dari Kanada, India, Jerman, dan Switzerland menghadiri pertemuan 19-21 Februari itu. Pertemuan di Kota Mangalore di selatan India itu mengambil tema "Celebrating Transformation." Pertemuan itu menekankan inkulturasi, inter-dependensi, dan integrasi.

Pendeta John S. Sadananda, panitia dan ketua Kolese Teologia Karnataka yang berpusat di Mangalore, menekankan bahwa umat Kristen India perlu memperkuat kerja sama dan persatuan ekumene mereka dalam situasi aksi anti-Kristen yang sedang mereka alami.

Dia mencatat bahwa kerja sama Katolik-Protestan sekarang ini terbatas pada peristiwa-peristiwa budaya dan olahraga, kegiatan-kegiatan sosial, dan sejumlah lokakarya antar-seminari, tetapi bukan pembinaan pastoral.

Dalam sebuah wawancara dengan UCA News, Pendeta Sadananda mengatakan, Universitas Serampore, sebuah seminari Protestan di Negara Bagian West Bengal, sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah seminari Katolik di India. Konsultasi baru-baru ini menggarisbawahi perlunya meningkatkan hubungan-hubungan seperti itu dalam pendidikan teologi, lanjutnya.

Pernyataan konsultasi itu menekankan perlunya membuat lebih seragam pendidikan para imam dari berbagai denominasi. Juga dianjurkan lebih banyak kerja sama dengan seminari-seminari Katolik untuk mendidik para imam dan awam dengan pandangan dan ideologi yang sama.

Pertemuan itu memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan universitas-universitas sekular guna mengadakan pertukaran pandangan tentang topik-topik seperti agama, pendidikan, dan filsafat.

Teolog Protestan Pendeta H. M. Watson mengatakan dalam konsultasi itu bahwa kerja sama dengan denominasi lain hendaknya terarah pada apa yang sama ketimbang perbedaan-perbedaan di antara umat Kristen. Aksi kekerasan belakangan ini terhadap umat Kristen di India merupakan suatu bukti kegagalan umat Kristen dalam memperlihatkan wajah yang sama di negeri ini, katanya.

Pendeta Watson mengatakan, kerja sama dalam pembinaan pastoral akan turut meningkatkan kerukunan dan ekumene.

"Seorang Kristen harus belajar untuk hidup dalam masyarakat India dengan menerima dan menghormati berbagai masyarakat, agama, dan kebudayaan lain ... dan bukan menjerumuskan diri dalam berbagai perbedaan teologis," katanya dalam sebuah presentasi di akhir pertemuan itu.

Pensiunan Uskup Gereja India Selatan, C.L. Furtado, dari Mangalore mengatakan dalam konsultasi itu bahwa persatuan Gereja itu perlu untuk menghadapi kelompok-kelompok radikal yang berusaha menerapkan kebijakan devide et impera dalam masyarakat.

END
2009-2-24 | IB06751.631b | 386 kata

source: www.ucanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar