19 Maret 2009

Nilai dan Metafora yang Memungkinkan Storytelling Katolik

BRISBANE, Australia (UCAN) -- Beberapa tahun lalu saya membaca sebuah berita UCAN tentang dampak penulisan Katolik pada masyarakat Jepang. Berita itu mengutip seorang misionaris yang mengatakan bahwa orang Jepang cenderung untuk lebih menghargai apa yang ditulis para novelis mereka ketimbang apa yang dikatakan secara lisan oleh para imam. Pastor Alfons Deeken SJ mengungkapkan pandangan ini dalam sebuah pertemuan para penulis Katolik.

Sebuah komentar serupa dikutip dalam kolom ini sekitar enam bulan lalu. Kolom ini mengutip seorang misionaris lain yang mengatakan bahwa selain sekitar satu juta umat Katolik di Jepang, negeri itu memiliki 4 juta orang yang “berpikir Katolik.” Tidak heran, gejala orang yang “berpikir Katolik” itu karena dampak para penulis seperti mereka yang dipuji oleh Pastor Deeken.

Shasuko Endo, yang paling terkenal di antara para penulis Katolik Jepang, “menghabiskan seluruh hidupnya untuk bergulat dengan iman," kata jandanya baru-baru ini. Junko Endo menambahkan bahwa mendiang suami meninggalkan tiga tugas baginya: mengatakan kepada masyarakat bahwa kematian bukan akhir kehidupan; membuat Yesus dihormati sepantasnya oleh orang Jepang; dan melanjutkan program suaminya untuk membuat rumah sakit lebih bersabahat dengan para pasien, keluarga, dan sahabat-sahabat mereka. Suatu mandat raksasa yang hanya mungkin mencuat dari komitmen iman penulis itu!

Benar, rangsangan literer berbasis iman dari semua penulis Katolik itu pasti berbeda. Misalnya, Endo mengatakan bahwa dia mulai menulis novelnya "Deep River" setelah "menyelami ketidaksadaran" di India. Hal serupa dikatakan oleh Anne Rice bahwa buku-buku vampire-nya mempersiapkannya untuk buku-bukunya belakangan ini tentang Kristus Tuhan. Penulis perempuan ini mengatakan bahwa vampire merupakan sebuah metafora “dalam dunia atheistik, yang susah karena iman yang hilang, kemungkinan rahmat yang hilang."

Pencarian seorang penulis akan rahmat bisa saja berbeda dengan pencarian orang lain. Ekspresi iman mereka juga mungkin menggunakan alam berbeda. Penyair perempuan Korea, Kim Chi-ha, berbicara tentang dirinya sebagai seorang imam "Minjung" – kaum tertindas. Berbicara tentang tulisan-tulisannya, dalam sebuah serial BBC tentang iman, novelis Amerika-Cina Amy Tan mengatakan, "Setiap cerita mengandung sejumlah elemen keyakinan tentang bagaimana dunia bekerja."

Mendiang Pastor Michael Traber dari Tarekat Swiss Bethlehem, seorang guru jurnalisme yang disegani, menyebut elemen keyakinan itu sebagai “nilai-nilai Injil.” Nilai-nilai seperti itu merupakan pusat kerasulan menulis, apakah itu storytelling (penuturan cerita) kreatif atau storytelling naratif.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam majalah "America" beberapa hari sebelum kecelakaan tragis November lalu, Pastor Andrew M. Greeley menekankan rahmat yang memungkinkan seorang menjadi storyteller (penutur cerita) Katolik. Jelas, imam penulis itu merujuk pada apa yang disebutnya “rahmat yang tersedia dalam komunitas-komunitas dan lingkungan-lingkungan Katolik."

Dalam pujiannya kepada penulis Katolik Amerika Jon Hassler, Pastor Greeley meringkas sebuah pertanyaan kuno tentang apakah sebuah novel Katolik itu mungkin. Jawabannya akan bergantung pada "apakah sebuah cerita itu ditulis oleh seseorang yang imajinasinya sudah meluap dengan belantara metafora Katolik," katanya.

Melihat apa yang disebutnya "dampak pervasif dari sakramentalitas Katolik” pada teologi serta pada fiksi, imam peneliti itu mengatakan imajinasi Katolik melihat dasar yang kuat bagi pengharapan. Dia menyebut dasar itu “hutan tropis pengharapan."

Tempat pengharapan pada penulisan Katolik itu lebih penting di Asia, yang hampir semua kebudayaan telah disusupi oleh fatalisme. Dan jika pelayanan pengharapan mereka itu mau efektif, para storyteller harus menenggelamkan diri dalam metafora iman dan nilai-nilai dari komunitas-komunitas iman mereka.

------

Hector Welgampola, jurnalis asal Sri Lanka, pernah menjadi Executive Editor UCA News dari 1987 hingga pensiun pada Desember 2001.

Kolom UCAN - "Living Church in Asia" oleh Hector Welgampola
2009-3-18 | AS06882.634b | 529 kata

sumber : www.ucanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar