16 Maret 2009

Drama Prapaskah Menguatkan Umat Katolik untuk Menghadapi Penganiayaan

Oleh T.S. Thomas

MANGALORE, India (UCAN) -- Umat Katolik di Kuskupan Mangalore mengatakan drama tentang pertobatan St. Paulus membantu mereka menghadapi kekerasan anti-Kristen yang mereka alami beberapa bulan yang lalu.

"St. Paulus memotivasi kami untuk memberikan kesaksian akan Kristus tanpa rasa takut dan ia memberikan kami harapan," kata Celine Rodrigues, ibu rumah tangga di keuskupan di India bagian selatan itu.


Ia adalah salah satu dari sekitar 5.000 orang yang menyaksikan drama yang dipentaskan oleh parokinya yaitu Paroki St. Anna pada 8 Maret sebagai bagian dari program Prapaskah itu. Drama itu menggunakan busana dan binatang yang nyata sesuai periode itu untuk menggambarkan kisah Kitab Suci bagaimana Saul, yang awalnya menyiksa orang Kristen, akhirnya menjadi Paulus, seorang misionaris.

Uskup Mangalore Mgr Aloysius Paul D'Souza, yang membuka pementasan itu, menggambarkan drama itu sebagai "sebuah himbauan untuk pertobatan hati dan peneguhan iman." Ia mengatakan, drama itu membantu umat Kristen di Negara Bagian Karnataka “untuk memperkuat iman mereka dan menghadapi penganiayaan.” Drama itu juga mendorong mereka menjadi “sangat rajin” dalam karya misioner, tambahnya.

Karnataka mengalami sejumlah kekerasan yang meningkat terhadap orang Kristen setelah Partai Rakyat India (Bharatiya Janata Party) yang pro-Hindu berkuasa pada Mei 2008. Dari 14-21 September tahun itu, kaum radikal Hindu menyerang sedikitnya 24 gereja dan tempat doa di negara bagian itu. Kebanyakan insiden terjadi di Mangalore, basis umat Kristen di Karnataka.

Sejumlah orang Kristen, yang menyaksikan drama itu, mengatakan bahwa drama itu membuat mereka sadar akan kekejaman penganiayaan yang dialami umat Kristen awali, dan nilai drama itu penting bagi pertumbuhan Gereja.

Rodrigues mengatakan ia berharap para penganiaya orang Kristen saat ini mengalami “kedahsyatan kekuatan Kristus suatu hari” seperti St. Paulus alami.

Kisah Para Rasul dalam Kitab Suci menjelaskan Saul, seorang Yahudi, dengan "hati yang berkobar-kobar membunuh” orang Kristen di Yerusalem sekitar tahun 33. Ia mengalami penglihatan akan Kristus yang bangkit dalam perjalanannya ke Damsyik untuk menangkap orang Kristen.

Penglihatan itu membutakannya untuk sementara dan ia mengubah namanya menjadi Paulus. Ia kemudian menggunakan sisa hidupnya untuk mewartakan Injil khususnya di kalangan orang-orang yang non-Yahudi. Gereja menganggapnya seorang rasul, meskipun ia tidak mengenal Yesus secara pribadi.

Pastor Marc Castelino, 54, seorang teolog yang menulis naskah drama itu mengatakan, ini merupakan yang pertama kali bahwa sebuah “drama lengkap" tentang santo itu dipentaskan di India. Isinya "sangat relevan dalam konteks serangan dan penganiayaan orang Kristen yang terus meningkat" di seluruh India, tambahnya.

Selain, membesarkan hati umat, drama itu juga untuk memperingati Tahun Paulus, kata Pastor Castelino. Paus Benediktus XVI mendeklarasikan tahun khusus itu dari 28 Juni 2008 hingga 29 Juni 2009, sebagai cara untuk memperingati 2000 tahun kelahiran santo itu.

Pastor Castelino, kepala paroki St. Anna, mengatakan kepada sekitar 100 umat Katolik dari berbagai paroki yang memainkan peran berbeda dalam drama itu. Ia mengatakan umat parokinya tidak makan satu kali seminggu untuk menggalang dana 450.000 rupee (sekitar US$9,000) untuk program itu. Ia mengatakan mereka berencana mementaskan drama itu di paroki-paroki lain.

Alfred Bennys, seorang panitia pementasan itu, mengatakan, "Umat tidak mengharapkan pertunjukkan budaya yang spektakuler, namun sebuah pengalaman spiritual." Ia mengatakan, ia melihat sesuatu yang luar biasa dalam “devosi” spiritual ketimbang perayaan di kalangan penonton.

Sutradara drama itu, Arun Raj Rodrigues, mengatakan, baginya, segenap proyek itu bersifat "inspirasional." Drama itu membuat Prapaskah, yang dimulai pada 25 Februari, sebagai "suatu ajakan khusus untuk membenahi iman kita," tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar