13 Maret 2009

Masa Puasa Hendaknya Murnikan Hati Nurani agar Bijak dalam Memilih

ENDE – Masa puasa selama 40 hari hendaknya menjadi kesempatan memurnikan hati nurani dan motivasi agar memilih dengan penuh tanggung jawab dalam pemilu nasional mendatang.

“Satu-satunya cara demokratis bagi kita untuk menjawabi krisis ekonomi saat ini adalah memilih pemimpin yang berkualitas dan memiliki integritas diri,” kata Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota dalam surat gembala prapaskah 2009 dengan tema “Jangan Salah Memilih”.

Pemilu, kata Uskup Sensi, adalah kesempatan “memberikan kesaksian” tentang kebenaran, kejujuran, dan kebajikan kristiani, sambil menghindarkan diri dari sikap egoisme dan pragmatisme sempit.

“Saya mengajak umat sekalian untuk mempersembahkan nilai-nilai ini sebagai buah dari retret agung prapaskah bagi keberhasilan Pemilu 2009,” kata Uskup.

Namun Uskup minta pertobatan selama masa puasa ini “sungguh merupakan perubahan radikal” hati nurani sebagai pusat diri. “Karena semua ungkapan perkataan, perbuatan dan sikap tindakan berasal dari dalam hati”.

Menurut uskup, proses pemurnian hati inilah yang “akan menjadi sumber ilham bagi kita dalam menentukan pilihan pada saat pemilu nanti”.

“Tobat yang sejati seharusnya diwujudkan dalam perubahan sikap memilih yang bijaksana, yang tidak mengutamakan orang atau kelompok sendiri, serta tidak didasarkan pada pertimbangan pragmatisme sempit,” ajaknya.

Uskup mengaku bahwa banyaknya partai politik dan calon yang diajukan partai politik akan membingungkan umat, maka uskup memberikan tiga krita calon yang layak dipilih: kompeten, karakter dan komitmen.

Kompeten, kata uskup, berarti calon sehat fisik dan punya kemampuan intelek untuk membaca kebutuhan masyarakat dan menentukan kebijakan publik, karakter berarti sikap moral pribadi yang terpuji, yang terbaca dalam rekam jejak (track record) sang calon; dan komitmen berarti konsisten berpegang pada prinsip kebenaran dan keberanian untuk memperjuangkan kepentingan banyak di atas kepentingan pribadi dan golongan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Uskup mengingatkan agar umat menghindari sikap eksklusif dan pragmatis. “Banyak umat pilih karena seasal dan satu suku. Kita akan jadi pemilih yang irasional, emosional, dan primordial”.

Jangan pula memilih karena faktor uang dan kepentingan ekonomis. “Ada segelintir orang dengan gampang menjual suara dengan berbagai bentuk imbalan”.

Orang cenderung berpikir praktis, “daripada dapat janji yang belum pasti, lebih baik menerima dulu (uang) sebelum memilih”.

Untuk membantu umat Katolik, Uskup meminta organisasi-organisasi Katolik dan Dewan Pastor Paroki dan para pastor untuk sama-sama memfasilitasi pertemuan para calon dengan masyarakat pemilih dalam suasana persaudaraan kristiani agar “saling meneguhkan, memperbaiki, dan menguji” motivasi para calon.

Uskup meminta calon agar bersikap sportif, melihat kembali motivasi mereka berpolitik dalam terang iman. “Gereja sebagai ibunda iman atau rumah induk Anda akan tetap membuka diri mendukung serta mendengarkan curahan hatimu”.

Surat gembala yang dibacakan di paroki-paroki dan dimuat di media masa lokal Flores Pos disambut baik umat Katolik.

Di Kabupaten Ende ada 38 partai politik yang akan ikut pemilu dengan jumlah calon anggota legislatif 703 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar