17 Maret 2009

Calon Legislatif Katolik Diperkenalkan dengan “Etika Politik Katolik”

JAKARTA (UCAN) -- Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Kerawam KWI) baru-baru ini mengadakan forum untuk memperkenalkan etika politik berdasarkan ajaran sosial Gereja kepada para calon legislatif (caleg) Katolik.

Pastor Franz Magnis-Suseno SJ menjelaskan tujuh prinsip yang menurutnya dikembangkan dari ajaran Yesus. Sekitar 100 orang Katolik, setengah dari mereka adalah caleg-caleg Katolik dari 10 partai politik peserta pemilihan umum (pemilu) pada April nanti, menghadiri forum pada 24 Januari itu di Gedung KWI, Jakarta Pusat.

Imam-cendikiawan itu menjabarkan tujuh prinsip dalam makalah yang terdiri dari delapan halaman tentang "Etika Politik Katolik." Ia menyebutkan: kebaikan hati, keberpihakan pada kehidupan, kesejahteraan umum, subsidiaritas, solidaritas, hak asasi manusia dan penolakan kekerasan.

Pastor Magnis-Suseno menjelaskan bahwa Yesus tidak mengajarkan sesuatu tentang model negara khusus, namun dalam 150 tahun terakhir Gereja Katolik mengembangkan etika politik berdasarkan apa yang diajarkan dan dilakukan Yesus. Etika politik tersebut dapat ditemukan dalam ajaran sosial Gereja, kata dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, yang dikelola oleh Yesuit.

”Prinsip etika politik Katolik adalah inklusif, bukan ekslusif yang dimiliki Katolik saja. Itu universal, yang bernilai dan bermanfaat bagi semua termasuk semua agama,” jelasnya.

Menjelaskan masing-masing prinsip itu, ia mengatakan kebaikan hati adalah tuntutan dasar Yesus. Orang tidak membenarkan politik itu keluar dari kebencian, balas dendam, dan permusuhan. ”Namun Yesus menuntut agar kita tidak memberi ruang kepada kebencian dan rasa balas dendam di hati kita,” katanya.

Keberpihakan kepada kehidupan, lanjutnya, menunjukkan bahwa orang Katolik harus berani menolak aborsi, euthanasia dan pembunuhan janin demi tujuan penelitian.

Imam itu menjelaskan kesejahteraan umum sebagai prinsip yang paling umum dalam ajaran sosial Gereja. ”Politik jangan dijadikan ajang bisnis dan menjadi kesempatan untuk memperkaya diri,” katanya, menasehati.

Subsidiaritas, katanya, berarti lembaga yang lebih tinggi wajib membantu lembaga-lembaga yang lebih rendah apabila mereka tidak dapat sendiri menyelesaikan keperluan-keperluan mereka sendiri.

Solidaritas berarti keberpihakan kepada orang miskin, kata Pastor Magnis-Suseno. "Kita berpolitik berarti semua harus beruntung, sama-sama berkorban, senasib-sepenanggungan."

Para politikus hendaknya membela hak asasi manusia dengan menerjemahkan sikap yang menghormati martabat manusia ke dalam kenyataan kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya, lanjut imam itu.

Dalam penolakan kekerasan, jelasnya, orang Katolik harus menolak penggunaan ancaman, pemerasan, dan paksaan untuk mencapai tujuan politik.

Pembicara lain dalam forum itu adalah Thomas Aquino Legowo, seorang pengamat politik dan koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI). Ia menjelaskan bahwa caleg Katolik harus bersaing dengan yang lain seperti kolega, partai, musuh, dan pemodal.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan 44 partai politik, beberapa berbasis agama, untuk mengikutkan calon-calonnya dalam pemilu yang dijadwalkan pada 9 April.

Pastor Yohanes Rasul Eddy Purwanto, sekretaris eksekutif Komisi Kerasulan Awam KWI, mengatakan tujuan kegiatan itu untuk membangun kesadaran di kalangan para caleg Katolik agar mereka harus berjuang bukan untuk kepentingan mereka sendiri tapi untuk komunitas masyarakat yang lebih luas. "Kami tidak ingin mengarahkan terlalu gegabah dan mencolok, akhirnya Komisi Kerawam KWI yang dianggap sebagai fasilitator untuk semua pihak akan dicap sebagai partisan. Ternyata komisi ini mendukung orang tertentu. Itu bukan tujuan kami. Kami hanya mengarahkan mereka berdasarkan nilai-nilai Katolik," tegasnya kepada UCA News setelah forum itu.

Antonius Doni, caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), mengungkapkan penghargaannya terhadap kegiatan itu: "Saya menyambut baik apa yang diprakarsa oleh KWI. Ini menunjukkan rasa simpatik Gereja terhadap orang awam Katolik yang terjun ke dunia politik."

Kimmy Dewi Himawan, caleg dari Partai Barisan Nasional mengakui ia adalah orang baru dalam politik namun ia merasa "terdorong dengan tujuh prinsip yang dijelaskan oleh Pastor Magnis-Suseno."

Selain prinsip-prinsip ini imam itu menambahkan bahwa para caleg Katolik tidak hanya memiliki keahlian dan kualitas, tapi juga “harus maju, berani dan percaya diri.”

2009-1-30 | IJ06580.627b | 578 kata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar