26 Mei 2009

Gereja-Gereja Berjuang untuk Menolong Orang Terlantar

LAHORE, Pakistan (UCAN) -- Ketika badan-badan bantuan Gereja bergabung dengan yang lain untuk memerangi krisis kemanusiaan akibat pertempuran di Pakistan bagian barat laut, seorang Katolik menghadapi persoalan itu seorang diri.

Sambil duduk di bawah spanduk bergambar salib, Bandu Chohan menunggu sumbangan untuk orang terlantar. Dalam pekerjaan yang melemahkan semangat selama sembilan hari itu, Chohan berhasil mengumpulkan uang 250 rupe (US$3). Bahkan ada orang yang ingin menghilangkan salib dari spanduknya itu di tengah malam.

Namun, Chohan tidak merasa terganggu. ”Banyak orang berusaha menakut-nakuti saya, dengan berkata bahwa saya goblok,” katanya. “Bahkan seorang uskup Katolik menasehati saya untuk berhenti, dengan berkata bahwa ini akan memberikan citra buruk bagi orang Kristen” karena usaha seperti itu tidak berarti sama sekali.

Namun Chohan melakukan pekerjaan itu secara serius. ”Kami biasanya menungggu bantuan asing. Orang Kristen hendaknya maju ke depan untuk membantu orang Kristen dan Muslim yang terlantar. Saya melakukan ini untuk memuliakan Tuhan,” kata montir mobil berusia 65 tahun itu.

Organisasi Kristen dan Muslim mengadakan pengumpulan dana di sejumlah kota bagi orang terlantar dari Swat dan Buner, tempat-tempat pertempuran paling sengit melawan militan Taliban yang dilakukan tentara Pakistan.

Karitas-Pakistan baru-baru ini menyalurkan kipas angin, tempat tidur, bantal dan selimut untuk sekitar 40 keluarga Kristen yang terlantar yang kini tinggal di sebuah Gereja Lutheran di Nowshehra, sebuah kota lain di Propinsi Frontier Barat Laut.

Karitas adalah badan pelayanan sosial Gereja Katolik.

Pada pertemuan 20 Mei yang diadakan oleh Dewan Gereja Nasional Pakistan (NCCP, National Council of Churches of Pakistan), sekitar 60 orang termasuk dua uskup Pakistan, lima imam Katolik, para suster, para pemimpin Gereja Bala Keselamatan, dan wakil dari berbagai serikat madani Kristen membahas apa dampak krisis itu bagi kelompok-kelompok minoritas, seperti kelompok orang-orang Kristen.

"Negeri kita sekarang ini berada di ambang kehancuran. Ketetapan perintah sedang menghadapi tantangan, bukan dari partai politik, tapi dari teroris terselubung," kata Vaicor Azariah, sekretaris jenderal NCCP, pada pertemuan di Lahore itu.

“Kami mesti berdoa, memberi sumbangan, dan berjuang bersama-sama untuk mencegah terjadinya pembantaian besar-besaran lebih lanjut atau perang saudara,” kata Azariah.

Para pembicara mengungkapkan keprihatinan mereka tentang ancaman dari para militan Taliban dan masa depan kelompok-kelompok minoritas di Pakistan. Mereka juga berbagi pandangan tentang tanggapan Gereja terhadap krisis itu.

Kemudian ketika berbicara dengan UCA News, Azariah menjelaskan bahwa forum diskusi itu merupakan langkah pertama untuk merumuskan suatu strategi.

“Rekomendasi-rekomendasi akan meliputi deklarasi bersama yang akan dikeluarkan para pemimpin dari denominasi-denominasi utama seusai pertemuan akbar 22 Mei untuk menanggapi kerusuhan sekarang ini,” katanya.

Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa baru 15 persen pengungsi yang kini ditampung di kamp-kamp resmi. Sebanyak 1,4 juta orang, menurut laporan, terpaksa melarikan diri karena pertempuran itu.

Sumber : ucanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar