31 Mei 2009

Pentingnya Internet dan Seni Tradisional

JAKARTA (UCAN) -- Para pemimpin agama Katolik di Indonesia menekankan pentingnya teknologi modern dan seni tradisional dalam komunikasi Gereja saat merayakan Hari Komunikasi se-Dunia baru-baru ini.

Pada 24 Mei, Paroki St. Anna di Duren Sawit, Jakarta Timur, meluncurkan website-nya yang berisi dokumen Gereja, renungan dan keluarga, serta informasi tentang berbagai kegiatan paroki.

"Dengan website baru ini, semoga umat paroki disadarkan untuk menggunakan media sesuai dengan kebutuhan mereka,” kata kepala paroki Pastor Yohanes Sudriyanto SJ kepada UCA News.

Pastor Sudriyanto mengatakan bahwa komunikasi online itu sesuatu yang umum saat ini tetapi ia juga menegaskan "kita perlu memanfaatkannya secara optimal untuk menunjang komunikasi dan menembus keterbatasan komunikasi di antara kita karena di paroki ini ada sekitar lebih dari 10.000 umat yang tersebar di 82 lingkungan.”

Paus Benediktus XVI memilih "Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan" sebagai tema untuk perayaan Hari Komunikasi se-Dunia tahun ini.

Uskup Agung Jakarta Julius Kardinal Darmaatmadja SJ meluncurkan website Gereja St. Anna itu (www.gerejastanna.org), yang dikelola seksi komunikasi sosial dan seksi kepemudaan paroki itu, dalam Misa khusus.

Dalam kotbahnya, ia mengajak seluruh umat Katolik supaya menggunakan berbagai teknologi komunikasi modern dengan bijaksana sehingga dapat menghindari dampak negatif penggunaan teknologi itu. ”Kita syukuri kemajuan teknologi. Kita menggunakannya dengan sebaik-baiknya agar bermanfaat bagi kita.”

Prelatus itu mengakui bahwa teknologi modern mempermudah pekerjaan manusia tetapi ia juga mengingatkan umat bahwa perjumpaan pribadi tetap penting karena komunikasi digital tidak dapat mewakili perjumpaan pribadi.

Sementara itu, Uskup Purwokerto Mgr Julianus Sunarka SJ dan empat imam merayakan Misa di Paroki St. Filipus Kapencar di Wonosobo, Jawa Tengah, untuk memperingati Hari Komunikasi se-Dunia. Dalam homilinya, Uskup Sunarka berpendapat bahwa kesenian tradisional itu penting sebagai media komunikasi untuk daerah pedesaan. Ia menyebutkan ketoprak dan wayang kulit sebagai contoh kesenian tradisional itu.

"Ketoprak dan wayang kulit adalah alat komunikasi yang sangat berguna,” katanya. “Ketika kita menyaksikan pementasan ketoprak, kita akan menerima ajaran dari kisah yang dibawakan.”

Di Kupang, Nusa Tenggara Timur, 70 wartawan Katolik mengikuti Misa di Gereja St. Yosef Pekerja Penfui untuk memperingati hari khusus itu. Pastor Paroki Florensius Maxi Un Bria mengatakan bahwa teknologi komunikasi berkembang pesat. "Setiap saat, kita bisa mengetahui berbagai peristiwa di berbagai pelosok dunia," katanya.

Namun, ia menegaskan bahwa peran teknologi seperti itu seharusnya dapat mewartakan kebenaran, merukunkan perbedaan dan mengatasi konflik. “Umat Katolik hendaknya menggunakan media komunikasi sebagai sarana efektif untuk menghadirkan perdamaian,” tekannya.

Di keuskupan Atambua, Timor barat, Komisi Komunikasi Sosial keuskupan itu mengadakan lomba menulis pada 22-24 Mei, yang temanya berdasarkan tema Hari Komunikasi se-Dunia. Sebanyak 37 pelajar Katolik dari sekolah-sekolah menengah atas (SMA) di keuskupan Atambua ikut serta dalam lomba itu.

Sumber : Ucanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar